Tuesday, December 19, 2006

MIMPI MIMPI MASA DEPAN

Bagi aku, bermimpi merupakan pekerjaan yang sangat mudah. Aku tidak harus bekerja keras sampai mengeluarkan keringat, menggunakan otot untuk mengangkat beban yang begitu berat, berpikir keras memutar otak sampai pada akhirnya aku harus mengalami stres hingga depresi layaknya seorang bankir dikejar kejar oleh pemerintah karena utang. Aku bisa bermimpi saat aku didalam bis menuju ke kantor. Aku bisa bermimpi saat aku berada di dalam kamar, aku bisa bermimpi saat aku berjalan-jalan di mall, bahkan bermimpi pun bisa aku lakukan sebelum aku tidur malam. Layaknya seorang aktris yang bisa menjadi apa saja di dalam setiap scene-scenenya, kita juga bisa bermimpi untuk menjadi apa saja yang kita inginkan di masa depan. Dan bagi aku........ mewujudkan mimpi-mimpi tersebut merupakan hal yang menantang sekaligus menyenangkan. Kita bisa berkreasi, mencipta, berpikir tanpa batas, mengeluarkan ide-ide “gila”-sebatas apa yang kita lakukan itu tidak merugikan orang lain.
MIMPI......Di saat kita bekerja untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita, maka akan muncul energi positif yang akan terus mendorong kita untuk mencapai mimpi-mimpi tersebut. Bahkan pada saat mimpi itu terhalang oleh suatu idealisme, mimpi itu tetap akan meneruskan perjalanannya sampai pada titik yang telah kita tentukan bahkan sampai pada titik yang kitapun tidak bayangkan sebelumnya.

Seperti teman-teman kita di Kampung Nohamas, Pegunungan Jayawijaya, Nahomi dan Athimus berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki sejauh 3 km ke Kecamatan Kosareh tempat mereka menuntut ilmu. Mereka, bersama teman teman yang lain begitu bersemangat walaupun perjalanan yang mereka tempuh tidaklah mudah. Nahomi, yang berusia 13 tahun tetap bersemangat untuk belajar meskipun dia harus memulainya di kelas 1 SD dan Athimus, yang bercita-cita untuk melanjutkan sekolahnya ke tingkat menengah di Wamena. Mungkin bagi kita, cita-cita mereka merupakan sesuatu yang sangat sederhana. Tapi, untuk mereka.....cita-cita tersebut adalah hal yang sangat besar. Sebesar mimpi Bapak Nathaniel yang dengan setia bekerja sebagai guru, mengajar di sekolah Nahomi dan Athimus, mimpi....yang menginginkan penduduk Jayawijaya bisa membaca dan berhitung. Yang walaupun dalam kesederhanaannya, tanpa memikirkan keberadaan Sertifikasi Guru 2007, beliau tetap setia bersama dengan seorang guru, bekerja dan melayani, mengembangkan pendidikan di desa tersebut.

MIMPI....Seberapa besarkah mimpi kita terhadap sekolah ini? Apakah mimpi kita sama besarnya dengan iman kita yang sebesar biji sesawi? Yang sanggup memindahkan gunung?
Apakah sebelumnya Amanda-pemenang medali perak pada IMSO (Intenational Math and Science Olympiad) 2006 tingkat dunia- pernah bermimpi untuk bisa berlaga di tingkat dunia? Manda yang berhasil meraih Peserta Terkreatif pada Finalis Insinyur Cilik 2006 dan berfoto dengan Bapak Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono? Chyntia yang tulisannya berhasil diterbutkan dalam sebuah buku? Teman-teman kita di SMA OeL yang mulai menunjukkan taringnya dengan menjadi pemenang-Juara 1-pada lomba paduan suara? Bahkan adik-adik kita di TK OeL Panglima Polim pun berhasil meraih juara pada lomba menyanyi bersama baik di tingkat Jakarta Selatan maupun se-DKI Jakarta yang harus bersaing dengan 40 peserta lainnya.? Apakah kita pernah bermimpi, di saat seorang siswa yang telah keluar masuk di beberapa sekolah dan akhirnya dia merasa nyaman, merasa di terima di SMP OeL Pamulang bahkan dia bisa menjadi pemimpin di sekolahnya? Menjadi bintang di sekolahnya? Apakah pernah bermimpi SMP OeL Polim memiliki sebuah eskul drumband yang hebat? Apakah pernah bermimpi SMP OeL BSD memiliki tim basket yang solid dan guru-guru yang begitu bersemangat belajar Bahasa Inggris?
Dan semuanya ini telah terwujud...........
Tidak hanya dengan kata-kata, tetapi dengan kerja keras dan kerja cerdas, yang bagi kita itu merupakan hal yang sangat menyenangkan untuk dilalui. Mengalami ketegangan dengan rekan kerja dan atasan, anggaplah itu suatu “noda” yang positif, mengutip sebuah kalimat “Tak ada noda, maka tak belajar”, maka anggaplah semua itu sebagai suatu pembelajaran untuk menuju hidup yang lebih baik, bagi siswa-harus ikut ulangan susulan karena berlatih paduan suara, perasaan lelah dan tertekan karena harus melatih adik-adik TK untuk berlomba dan menyiapkan Operet Natal, tekanan karena harus menghadapi akreditasi sekolah, ketidaknyamanan karena mandi pun harus mengambil air seember yang jaraknya sampai berkilo-kilo saat menjalani live in di Gunung Kidul.
Apapun yang kita alami, nikmatilah semua itu.....Karena semuanya merupakan proses yang harus kita lalui untuk mencapai suatu kedewasaan dalam hidup....untuk mencapai mimpi mimpi kita, meraih masa depan kita di sekolah Ora et Labora. Mencipta bintang di sekolah Ora et Labora.
(3/12/)

Nun jauh disana...di pegunungan dataran Jayawijaya, Yabeth, ayah Athimus menatap anaknya yang sedang merakit kayu menjadi sebuah kapal terbang. Dan.......tidak lama kemudian, bersama teman-temannya, Athimus menerbangkan pesawat tersebut. Sang ayah menatap dengan bangga, bermimpi agar anaknya bisa melanjutkan sekolah menengah di Wamena, bermimpi agar anaknya bisa menjadi kebanggaan warga desa Nahomas.......

0 Comments:

Post a Comment

<< Home